Indramayu – (BIN) – Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMPN 1 HAURGEULIS dari tahun 2023-2024 sebesar Rp 2.081.070.000,. diduga dikorupsi dengan modus Mark-Up Anggaran belanja di beberapa Komponen.
Menurut informasi data yang dapat dipercaya, pada tahun 2023 Tahap 1 dan 2 mendapatkan kucuran dana bos sebesar Rp 1.032.000.000,.
Ada beberapa komponen, diduga anggaranya tidak diyakini kebenarannya yaitu.
a. komponen administrasi kegiatan sekolah tahun 2023 sebesar Rp 341.248.875,.
b. komponen pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan tahun 2023 sebesar Rp 12.210.000,.
c. komponen pemeliharaan sarana dan prasarana Sekolah tahun 2023 sebesar Rp 212.338.500,.
d. komponen pembayaran honor tahun 2023 sebesar Rp 269.610.000,.
Dan Tahun 2024 Tahap 1 dan 2 sebesar Rp 1.049.070.000,.
a. komponen pelaksanaan administrasi kegiatan Satuan Pendidikan Tahun 2024 sebesar Rp 465.836.106,.
b. komponen pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan Tahun 2024 sebesar Rp 30.270.000,.
c. komponen pemeliharaan sarana dan prasarana Tahun 2024 sebesar Rp 179.320.000,.
d. komponen pembayaran honor Tahun 2024 sebesar Rp 224.460.000,.
Komponen tersebut diduga hanya modus Oknum kepala sekolah dan beberapa stafnya, untuk mengelabui pemerintah dan masyarakat khususnya wali murid, agar mendapatkan keuntungan besar guna memperkaya diri.
Pada saat di konfirmasi kepala sekolah SMPN 1 HAURGEULIS Anwar Hanifah melalui telepon/pesan WhatsApp pada hari Jum’at (22/5/2025) Tidak memberikan jawaban/tanggapan apapun.
Tentunya hal ini menjadi PR Disdik Kabupaten Indramayu untuk segera memberikan pencerahan kepada Anwar Hanifah sebagai kepsek sekaligus sebagai kuasa pengguna anggaran, agar kedepannya terkhusus SMPN 1 HAURGEULIS bisa memberikan informasi terkait penggunaan dana bos sekolah kepada awak media untuk keterbukaan informasi publik.
Kepada Dinas terkait dan penegak hukum agar dapat segera menindaklanjuti terkait dugaan korupsi dana bos tahun 2023-2024 di SMPN 1 HAURGEULIS yang rugikan negara hingga ratusan juta, untuk menimbulkan efek jera agar virus serupa tidak menular ke sekolah lain.
(Tim)
