Kota Metro – (BIN) – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian kembali memimpin rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang berlangsung secara virtual pada Senin (29/04/2024).
Rapat ini juga diikuti oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Metro yang berlangsung di OR Setda Kantor Wali Kota setempat.
Dalam rapat tersebut, Tito membahas berbagai masalah terkait komoditas pangan di Indonesia yang dapat mempengaruhi inflasi negara serta meminta kepada seluruh kepala daerah untuk mencegah kelangkaan yang dapat mengakibatkan lonjakan harga yang tidak terkendali.
“Pertama, ada penurunan perkembangan komoditas beras karena hambatan produksi yang disebabkan oleh cuaca buruk. Selain itu, ada juga masalah penyerapan gabah dan pengendalian harga oleh pedagang besar yang dapat mempengaruhi distribusi beras ke masyarakat,” papar Tito.
Untuk komoditas yang menjadi perhatian khusus saat ini yaitu kenaikan daging ayam dan telur ayam ras dikarenakan terhambatnya produksi jagung kering di pasaran.
“Produksi jagung di Indonesia masih mengalami hambatan dalam penyerapan dan pengeringan,hal ini juga dapat mempengaruhi harga daging dan telur di pasar sehingga masih dilakukan impor jagung,” ungkapnya.
Kenaikan harga bawang merah dan cabai juga menjadi fokus rapat, dengan masalah distribusi antardaerah yang perlu diselesaikan. Meskipun ada beberapa daerah yang relatif terkendali, seperti Sulawesi Barat, perlu kerjasama antardaerah untuk mengendalikan inflasi secara keseluruhan.
Inflasi secara keseluruhan naik menjadi 3,05 persen dari sebelumnya 2,75 persen, terutama dipengaruhi oleh situasi internal seperti bulan Ramadan dan hari raya, serta faktor global yang mempengaruhi suplai internasional.
Plt. Kepala BPS Pusat, Amalia Adiniggar Widyasanti, memberikan data yang sangat informatif terkait perkembangan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada bulan Maret 2024.
“Pada bulan tersebut, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,42 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,41 persen. Komoditas yang dominan dalam memberikan andil inflasi pada kelompok ini adalah telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, bawang putih, dan bawang merah,” papar Amalia.
Dirinya juga menyebutkan tiga daerah yang mengalami inflasi beras tertinggi pada bulan Maret 2024, yaitu Kabupaten Toli-Toli (15,12 persen), Kabupaten Konawe (15,14 persen), dan Kota Kotamobagu (14,22 persen). Di sisi lain, ada tiga daerah yang mengalami deflasi beras terdalam, yaitu Kabupaten Kerinci (-7,04 persen), Kabupaten Bojonegoro (-6,26 persen), dan Merauke (-3,78 persen).
Selama bulan Ramadan, tidak terjadi inflasi pada sektor transportasi. Namun, perlu dicermati bagaimana mobilitas masyarakat meningkat saat Idul Fitri, karena hal ini dapat berdampak pada inflasi transportasi.
Data ini memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi inflasi pada sektor-sektor tertentu di Indonesia dan dapat menjadi dasar untuk pengambilan keputusan terkait kebijakan ekonomi dan distribusi komoditas.
(Ded)